Minggu, 20 Desember 2009

tentang MARAH!!!

marah yang gw bahas disini adalah adalah saat kita ngomong dengan volume suara melebihi biasanya, nada suara lebih tinggi dari biasanya, dan disebabkan perasaan kesal.

pertanyaannya, adakah cara marah yang ideal? menurut gw, ada. mari disimak, mudah2an ada manfaatnya.

1. marahlah dengan kesabaran.

kontroversi nih! adakah yang marah dengan sabar? bukankah kita marah karena kehilangan kesabaran? jawaban gw, sabar itu ga ada batasnya, yang ada batasnya adalah toleransi. jika kita kehabisan toleransi, jagalah kesabaran, dan marahlah.

marah dengan kesabaran adalah marah dengan menjaga kewarasan dan menjaga martabat dari kata2 yang merendahkan diri sendiri dan orang lain (ngumpat, menghina dan sejenisnya). marah dengan sabar adalah marah yang bebas dari kata2 ga berguna seperti umpatan. marah yang bebas dari kata2 ga berguna adalah marah yang penuh nasehat, yang disampaikan dengan keras. bukan karena kesal, bukan karena emosi, melainkan adanya urgensi dari hilangnya toleransi pada suatu kasus.

pernahkah anda dengar orang yang dengar orang marah dengan kata2 : 'bukan begitu caranya! coba lihat lagi aturannya!', gw jamin pernah kan? itulah marah karena kehabisan toleransi, bukan kehabisan kesabaran.

bagaimana jika kita marah karena batas2 diri kita diintervensi orang lain? yang kita tegaskan adalah batasan pribadi kita, dan menasehati pelaku untuk tidak lagi melanggarnya.

2. marahlah untuk menekankan nasehat, bukan untuk memaksakan kehendak.

kadang kita marah biar orang jadi mau ga mau melakukan apa yang kita inginkan. tapi hal ini jarang tercapai, kecuali orang itu posisinya ada di bawah kita, yang mana tanpa marah2pun dah seharusnya dia ikuti kata2 kita. marah terbaik adalah untuk menegaskan nasehat yang kita berikan, dengan suatu warning bahwa jika tidak efeknya akan sangat tidak bisa ditoleransi. misalnya jika si pelaku nantinya akam masuk pada masalah yang ga ada jalan keluar yang baik lagi..

3. marahlah sebagai pilihan, bukan hanya karena ingin.

harus dilihat gimana kira2 reaksi yang akan kena marah. apakah dia bisa menerima marah lebih baik, atau nasehat intensif? disini kita harus memilih. orang itu macam2 kan? kadang kita beri shock therapy dulu dengan sedikit marah untuk mengukur penerimaannya. dari sana, jika penerimaannya baik dan menyatakan sanggup untuk menerima masukan, gantilah mode pada nasehat. sebab tujuan marah kita sudah tercapai, yaitu seperti pada poin 2, pada pentingnya mendengarkan apa2 yang kita katakan. masalahnya adalah bahwa jika pelaku ga siap untuk menerima marah kita.. jadi, ukuran pertama sebaiknya nasehat yang straight aja. marah adalah langkah kedua.

4. marahlah karena perduli.

saya selalu bilang 'nasehat' di poin2 atas. ya, itu dah indikasi bahwa kemarahan yang gw sebutkan adalah bentuk kepedulian untuk mengoreksi suatu keadaan dengan cara yang menarik atensi lebih kuat. marahlah karena ingin keadaan jadi lebih baik, bukan emosi apalagi kehilangan kesabaran.

catatan : ini bukan jenis2 marah, melainkan sifat2 marah yang patut dikembangkan. gw memberikannya sebagai poin2 supaya lebih deskriptif, bukan berarti semua bisa diterapkan terpisah.THNX

rmbaguz.blogspot.com
Photobucket

Tidak ada komentar:

Posting Komentar